CIREBON – Sebuah ironi masih menyelimuti dunia pendidikan di Kabupaten Cirebon. Senin (27/10/2025).
Di tengah prestasi membanggakan yang diraih siswanya di ajang Kejurda Karate Pelajar se-Jawa Barat, SDN 1 Karangsuwung, Kecamatan Karangsembung, justru menghadapi persoalan mendasar yang sudah berlangsung selama puluhan tahun: tidak memiliki fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK).
Akibatnya, setiap hari para guru dan siswa terpaksa menumpang ke masjid terdekat untuk buang air maupun keperluan kebersihan lainnya.
Kondisi ini tentu membuat aktivitas belajar mengajar menjadi kurang nyaman, terutama bagi siswa sekolah dasar yang membutuhkan fasilitas sanitasi yang layak dan mudah diakses.
Sudah Diajukan ke Pemerintah, Realisasi Tahun 2026
Kepala SDN 1 Karangsuwung, Agus Sutisna, mengakui bahwa sekolah yang dipimpinnya memang belum memiliki MCK. Namun, ia memastikan bahwa pengajuan pembangunan fasilitas tersebut sudah dilakukan melalui mekanisme resmi.
“Memang selama ini SDN 1 Karangsuwung belum memiliki MCK. Tapi kami sudah mengajukan,” ujar Agus saat ditemui di sekolah.
Agus menjelaskan, dirinya baru mulai menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sekolah sejak Juni 2025, sehingga proses pengajuan ke Link Saseda Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon baru bisa dilakukan pada Juli lalu.
“Mungkin sebelumnya belum diajukan karena kepala sekolah terdahulu belum memahami mekanismenya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Agus menyampaikan bahwa usulan tersebut kini sudah tercover oleh Dinas Pendidikan.
Hanya saja, karena pengajuan dilakukan setelah batas waktu perubahan anggaran tahun ini, maka alokasi pembangunan MCK baru bisa direalisasikan pada tahun anggaran 2026.
Guru dan Siswa Numpang ke Masjid Sekitar
Ketiadaan fasilitas MCK membuat seluruh warga sekolah bergantung pada toilet masjid yang berada di dekat sekolah. Setiap kali ingin buang air, guru maupun siswa harus keluar area sekolah.
Salah satu siswi, Anindya Fayza Inara (Nindy), yang baru-baru ini meraih prestasi di ajang Kejurda Karate, mengaku sudah terbiasa menumpang ke masjid.
“Kalau mau ke toilet, saya ke masjid. Guru juga ke sana,” ucapnya polos.
Kondisi ini dinilai sangat memprihatinkan, terutama di tengah upaya pemerintah mendorong peningkatan kualitas pendidikan dasar yang sehat dan ramah anak.
Respons Pemerintah Desa: Sudah Dikoordinasikan dengan Disdik
Kuwu Karangsuwung, Arief Nurdiansyah, membenarkan bahwa SDN 1 Karangsuwung memang belum memiliki fasilitas MCK sejak lama.
Sekolah yang berdiri di halaman Balai Desa Karangsuwung itu, kata Arief, sudah menjadi perhatian pihak pemerintah desa.
“Selama menjabat sebagai kuwu, meski baru seumur jagung, saya tidak tinggal diam. Kami sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan,” ujarnya.
Dari hasil koordinasi tersebut, Arief mengaku mendapat kabar baik. “Kata pihak Disdik melalui Pak Kabid, pembangunan MCK di SDN 1 Karangsuwung sudah masuk prioritas dan akan direalisasikan di awal tahun 2026,” jelasnya.
Harapan untuk Fasilitas Pendidikan yang Lebih Layak
Arief menegaskan bahwa ketersediaan MCK bukan sekadar kebutuhan dasar, melainkan bagian penting dari upaya peningkatan mutu pendidikan di desanya.
“Ketika pembangunan MCK ini terealisasi, harapan kami sarana dan prasarana pendidikan bisa semakin baik. Karena pendidikan di Karangsuwung ini adalah wajah kemajuan desa,” tegasnya.
Warga, guru, dan siswa kini hanya bisa berharap agar janji pembangunan tersebut benar-benar terealisasi tahun depan.
Mereka optimistis, SDN 1 Karangsuwung tidak hanya dikenal karena prestasi siswanya, tetapi juga karena memiliki fasilitas yang layak dan nyaman bagi seluruh warga sekolah.



















