CIREBON RAYA – Seiring dengan perkembangan dunia menuju revolusi industri keempat, Indonesia bertujuan untuk merangkul konsep Society 5.0, masyarakat yang berpusat pada manusia yang menggabungkan teknologi inovatif dengan kesejahteraan warganya. Dalam kerangka ini, bidang pemasyarakatan di Indonesia telah menjadi saksi dari berbagai analisis kritis yang mengeksplorasi potensi dampak dari pengintegrasian prinsip-prinsip Society 5.0. Tulisan ini bertujuan untuk menggali konteks historis, tokoh-tokoh kunci, dan dampak dari analisis kritis terkait Society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga akan menganalisis kontribusi dari individu-individu yang berpengaruh, mendiskusikan berbagai perspektif, dan memberikan analisis yang beralasan dengan mempertimbangkan aspek positifdan negatif.
A. Konteks Historis dan Tokoh-tokoh Kunci
Dalam memahami analisis kritis Society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia, penting untuk melihat konteks historis dan tokoh-tokoh kunci yang telah membentuk percakapan ini. Sistem pemasyarakatan di Indonesia, seperti halnya di banyak negara lain di dunia, menghadapi tantangan berupa kepadatan penghuni dan sumber daya yang tidak memadai. Namun, dengan munculnya Society 5.0, konsep penjara pintar telah menarik perhatian, dengan fokus pada rehabilitasi dan reintegrasi narapidana melalui teknologi canggih.
Salah satu tokoh kunci dalam memajukan analisis kritis Masyarakat 5.0 di bidang pemasyarakatan adalah Profesor Bambang Rudjito. Beliau berpendapat bahwa prinsip-prinsip Society 5.0 dapat mentransformasi lembaga pemasyarakatan dengan mengintegrasikan teknologi seperti kecerdasan buatan, virtual reality, dan big data analytics untuk meningkatkan pendidikan narapidana, pengembangan keterampilan, dan dukungan kesehatan mental. Penelitian dan publikasi Profesor Rudjito telah menginspirasi para akademisi dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan potensi pendekatan transformatif ini.
B. Dampak Analisis Kritis terhadap Masyarakat 5.0 di Lapas/Rutan
Dampak dari analisis kritis terkait Society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia mencakup berbagai bidang, termasuk rehabilitasi narapidana, efisiensi operasional, dan persepsi masyarakat. Pertama, integrasi prinsip-prinsip Society 5.0 dalam sistem pemasyarakatan dapat meningkatkan fokus pada rehabilitasi narapidana. Dengan memanfaatkan teknologi yang telah disebutkan sebelumnya, narapidana dapat mengakses ruang kelas virtual, program pelatihan kejuruan, dan sesi terapi yang dipersonalisasi. Hasilnya, potensi keberhasilan reintegrasi ke dalam masyarakat meningkat, sehingga mengurangi tingkat residivisme.
Kedua, analisis kritis terhadap Society 5.0 di lembaga pemasyarakatan memungkinkan efisiensi operasional dan peningkatan keamanan. Teknologi pintar dapat membantu dalam memantau perilaku narapidana, memastikan keamanan bagi narapidana dan staf. Selain itu, penerapan analisis data besar membantu dalam mengidentifikasi pola dan mengatasi celah keamanan, sehingga meningkatkan manajemen lembaga pemasyarakatan secara keseluruhan.
Terakhir, pengaruh Society 5.0 di bidang pemasyarakatan memiliki potensi untuk membentuk persepsi masyarakat dan mengurangi stigma yang terkait dengan pemenjaraan. Dengan menekankan rehabilitasi narapidana dan reintegrasi yang sukses, Society 5.0 bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang penuh kasih yang memberikan kesempatan bagi semua individu, terlepas dari kesalahan masa lalu mereka.
C. Individu dan Perspektif yang Berpengaruh
Individu-individu yang berpengaruh memiliki peran penting dalam membentuk analisis kritis terkait Society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia. Mari kita analisis dua perspektif berbeda yang muncul. Satu perspektif berfokus pada dampak positif dari Society 5.0 di lembaga pemasyarakatan. Para pendukungnya berpendapat bahwa dengan mengadopsi pendekatan ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan seperti kepadatan penghuni dan sumber daya yang terbatas. Mereka percaya bahwa teknologi canggih dapat merevolusi rehabilitasi narapidana, yang mengarah pada penurunan tingkat kejahatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Di sisi lain, perspektif kritis menyoroti potensi kelemahan dan masalah etika yang terkait dengan Masyarakat 5.0 di lembaga pemasyarakatan. Para kritikus berpendapat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat merendahkan martabat pengalaman penjara dan merusak pentingnya interaksi manusia secara tradisional dalam rehabilitasi. Selain itu, ada kekhawatiran terkait privasi data dan potensi penyalahgunaan atau eksploitasi informasi tahanan.
Sebagai kesimpulan, analisis kritis terhadap Society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia mencerminkan ambisi negara ini untuk menggabungkan kemajuan teknologi dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan melihat konteks historis, tokoh-tokoh kunci, dan dampak dari analisis ini, jelaslah bahwa Society 5.0 memiliki potensi yang signifikan dalam meningkatkan rehabilitasi narapidana dan mendorong efisiensi operasional. Namun, sangat penting untuk mempertimbangkan perspektif yang beragam dan mengatasi masalah etika yang terkait dengan ketergantungan yang berlebihan pada teknologi. Perkembangan di masa depan dalam bidang ini harus memprioritaskan keseimbangan antara integrasi teknologi dan mempertahankan elemen manusia dalam sistem pemasyarakatan, yang pada akhirnya berjuang menuju masyarakat yang lebih berbelas kasih dan inklusif.
Mochammad Ilham Iqbal
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
Email : ilhamiqball55@gmail.com